maker
maker" />

Kamis, 25 Oktober 2012

Makin Cerdas dengan Membaca


Makin Cerdas dengan Membaca



MASUK akal juga mengapa banyak orangtua, khususnya para ibu bereaksi keras merespon keterlambatan anaknya dalam membaca. Bagi mereka, ketrampilan anak membaca bisa jadi merupakan sebuah “prestasi” membanggakan yang layak diceritakan kepada kerabat dan relasi.

Makin kurang berkenan lagi, bila para orangtua juga mempersepsikan, lancar baca adalah jaminan paling oke untuk bisa mengikuti pelajaran di jenjang pendidikan selanjutnya.
Kalau sudah begitu, yang terjadi bisa ditebak. Banyak orangtua lalu beramai-ramai menempuh “jalan pintas”  yakni memanggil guru les privat mengajari anaknya supaya cepat bisa baca. Kalau perlu, “Anaku harus lebih lancar daripada teman-teman di kelasnya.”

Jalan pintas

Sungguh tidak salah, membaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang sangat penting untuk dikuasai supaya anak dapat belajar lebih luas. Oleh karena itulah, tahapan dan cara mengajarkan membaca perlu dicermati supaya tidak salah dalam menanamkan dasar yang sangat penting ini.

Huruf merupakan lambang bunyi yang abstrak untuk anak yang sedang belajar membaca dan menulis. Anak yang dipaksa untuk menghafalkan lambang bunyi dapat merasa bingung atau cenderung menolak jika suasana dan cara yang digunakannya tidak disesuaikan dengan pemahaman dan perhatian anak. Kebingungan anak itu dapat tampil dalam kekeliruan menulis huruf “d” padahal yang diharapkan adalah “b”; menulis huruf “p” padahal yang dimaksudkan adalah “b”, dan seterusnya.

Keinginan orangtua supaya anaknya bisa baca dalam waktu singkat sering dituruti oleh para guru dengan menempuh jalan pintas. Guru lalu memaksa diri dan muridnya belajar membaca dengan menghafalkan lambang bunyi. Murid “dipaksa” melafalkan rangkaian huruf sebagai kata, tetapi tanpa makna yang dipahami dan menjadi perhatian anak yang sedang belajar.

Kalau situasinya demikian, guru akan mengajar membaca dengan metode: ba-bi-bu-be- bo, ca-ci cu-ce-co,da-di-de-do sebagai jurus mujarab guna menjawab keresahan orangtua. Lebih parah lagi, banyak orangtua juga tak acuh akan tahap kepekaan anak dalam membaca dan cara yang benar dalam mengajarkan membaca yang mengembangkan kecerdasan. Umumnya, orang tua hanya ingin agar anaknya trampil membaca.

Seyogyanya, pengajaran membaca tidak boleh “memaksa” anak melompat ke dunia lambang-lambang yang sangat abstrak, jauh dari makna dan pemahamannya. Pemahaman dan perhatian anak tentu masih terbatas, maka pengajaran membaca pun hendaknya dikaitkan dengan konteks perhatian dan pemahaman mereka. Pemilihan kata dan konstruksi kalimat yang sederhana akan membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan dasar dalam membaca dan menanamkan pemahaman.

Ada orangtua batal membeli buku untuk anaknya, lantaran setelah mengamati isi buku tersebut ternyata hanya berisi gambar-gambar yang dilengkapi dengan teks yang sangat pendek. Ibu ini berpikir, buku ini tidak ada gunanya. Padahal, membaca cerita dalam bentuk gambar justru lebih menarik dan membangun pemikiran anak. Dengan mengamati rangkaian gambar, orangtua dapat leluasa membuat teks imajinatif dan anak pun dapat membaca dengan imajinasinya.

“Kemampuan membaca perlu diperkuat dengan kebiasaan membuat jurnal. Membuat jurnal adalah mencatat peristiwa atau kejadian-kejadian yang dialaminya pada hari itu atau beberapa hari yang lalu”
Membaca dan menulis

Dua kegiatan yakni membaca dan menulis merupakan rangkaian pemahaman tak terpisahkan. Melalui membaca anak menggambarkan isi dan makna bacaan dalam pikirannya. Sedangkan, dengan menulis ia menuangkan pemahaman dan imajinasinya ke dalam dunia lambang dan kalimat.
Dalam dunia anak-anak, menggambar merupakan sarana mengungkapkan imajinasi dan gagasan yang jauh lebih “menyenangkan” dibanding keharusan merangkai huruf menjadi kata dan kalimat. Merintangi anak dari kesenangannya menggambar dan mengalihkan perhatiannya pada aktivitas tulis-menulis mungkin akan mengantarkan anak untuk trampil menulis, tetapi pada saat bersamaan bisa juga merupakan pemangkasan tunas kecerdasan yang sedang berkembang.

Membaca buku

Sejak awal memasuki jenjang SD, anak-anak perlu mengenal banyak bacaan terutama dari buku-buku. Selain inisiatif anak untuk membuka-buka dan membaca aneka buku, anak perlu dibimbing dalam membaca buku dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang menstimulasi anak untuk menjelaskan pemahaman dan ketertarikannya atas isi buku yang dibacanya.

Pertanyaan tuntunan berperan penting untuk menyadarkan anak bahwa buku yang dibaca mempunyai makna baginya dan ia memahami isi bacaan. Pertanyaan tuntunan lama kelamaan tertanam dalam struktur pikirannya setiap ia membaca suatu teks. Dengan demikian, membaca bukan hanya suatu pembiasaan yang menambah pengetahuan.
Lebih dari itu, juga akan mendorong tumbuhnya kemampuan mencerna dan menuangkan isi bacaan ke dalam khasanah pemahamannya. Ini merupakan proses penambahan pengetahuan, peneguhan, pembandingan, dan penyimpulan secara bertahap.

Kesempatan membaca sebanyak mungkin dan kemampuan menangkap bacaan menjadi dasar yang sangat berharga untuk perkembangan kecerdasan anak. Kesempatan dan kemampuan membaca menjadi salah satu faktor yang mengarahkan orientasi perhatian anak untuk digeluti dan diperdalam yang membantu juga tumbuhnya motivasi belajar dan terbentuknya cita-cita serta nilai-nilai kehidupan.

Membuat jurnal

Kemampuan membaca perlu diperkuat dengan kebiasaan membuat jurnal. Membuat jurnal adalah mencatat peristiwa atau kejadian-kejadian yang dialaminya pada hari itu atau beberapa hari yang lalu. Penulisan pengalaman ke dalam jurnal atau buku harian bukanlah hal remeh yang pantas diabaikan. Dengan mendokumentasi pengalaman, sebenarnya ia sedang aktif membangun kesadaran akan relasi dirinya dengan lingkungan. Relasi dan interaksi diri dengan lingkungan mendorongnya berpikir, memunculkan reaski perasaan dan emosi, menimbulkan penilaian-penilaian, dan menggirinya membuat keputusan-keputusan.
Pembimbingan yang tepat dalam penulisan jurnal akan memacu tumbuhnya kecerdasan intelektual, emosional, dan secara bertahap berkembangnya kemampuan refleksi yang akan menguratakarkan berkembangnya pribadi dalam kesadaran untuk selalu bersikap dan bertindak lebih baik.

Membaca berita

Tontonan dari layar kaca dan permaian elektronik sangat mengokupasi perhatian anak. Jangankan anak-anak dan remaja, orang dewasa pun dapat bertahan berjam-jam di depan layar kaca menikmati tontonan yang miskin makna kehidupan. Namun, ketika dihadapkan pada berita dan ulasan peristiwa, meraka akan serta merta merasa jengah dan segera menyingkir.

Kecenderungan demikian tidak harus diterima begitu saja, tetapi perlu ditanamkan pada anak-anak untuk gemar mencermati dan memahami situasi yang sedang berkembang. Meskipun perlu perjuangan dan ketekunan, tetapi sekolah dapat membimbing siswa SMP dan SMA untuk mengamati peristiwa-pertistiwa yang menjadi perhatian masyarakat. Suatu persitiwa atau rangkaian peristiwa yang menjadi kecenderungan sosial merupakan fakta yang berpengaruh dalam kehidupan bersama secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karenanya, anak-anak perlu dilatih untuk menyadari adanya kecenderungan-kecenderungan yang sedang berlangsung sehingga ia mampu membaca keadaan dalam konteks dengan dirinya dan konteks yang lebih luas. 

Melalui pengamatan sederhana namun konkret semacam ini, anak akan terdorong untuk mengetahui apa yang mempengaruhi dan menyebabkan terjadinya peristiwa besar serta kecenderungan-kecenderungan yang sedang terjadi dalam masyarakat dan dunia. Untuk kepentingan jangka panjang, kesadaran anak akan situasi dan kondisi lingkungannya akan membantu mereka untuk menumbuhkan motivasi dan cita-cita yang makin konkret supaya kelak mereka dapat memberikan kontribusi positif terhadap kehidupan masyarakat dan dunia pada umumnya.

Pada tahapan yang lebih tinggi, anak-anak setingkat SMA harus sudah dibimbing untuk mampu membaca secara komprehensif dan tajam melalui pengamatan yang cermat, analisis, dan membuat simpulan-simpulan atas masalah-masalah yang dihadapi masyarakat atau menumbuhkan gagasan-gagasan yang mempunyai dampak pembaruan.
Tentu masih banyak bentuk dan cara lain dalam menanamkan kebiasaan membaca yang secara efektif dapat mendorong berkembangnya kecerdasan anak. Namun, yang penting kita perlu makin menyadari pentingnya kebiasaan membaca dan kemampuan membaca untuk mengembangkan kecerdasan dan melakukannya dalam situasi dan kondisi yang dialami.


Sumber:Berbagai Referensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar