Makin Cerdas dengan Membaca
MASUK akal juga mengapa banyak
orangtua, khususnya para ibu bereaksi keras merespon keterlambatan anaknya
dalam membaca. Bagi mereka, ketrampilan anak membaca bisa jadi merupakan sebuah
“prestasi” membanggakan yang layak diceritakan kepada kerabat dan relasi.
Makin kurang berkenan lagi, bila para orangtua juga
mempersepsikan, lancar baca adalah jaminan paling oke untuk bisa mengikuti
pelajaran di jenjang pendidikan selanjutnya.
Kalau sudah begitu, yang terjadi bisa ditebak. Banyak orangtua
lalu beramai-ramai menempuh “jalan pintas” yakni memanggil guru les
privat mengajari anaknya supaya cepat bisa baca. Kalau perlu, “Anaku harus
lebih lancar daripada teman-teman di kelasnya.”
Jalan pintas
Sungguh tidak salah, membaca merupakan salah satu kemampuan
dasar yang sangat penting untuk dikuasai supaya anak dapat belajar lebih luas.
Oleh karena itulah, tahapan dan cara mengajarkan membaca perlu dicermati supaya
tidak salah dalam menanamkan dasar yang sangat penting ini.
Huruf merupakan lambang bunyi yang abstrak untuk anak yang
sedang belajar membaca dan menulis. Anak yang dipaksa untuk menghafalkan
lambang bunyi dapat merasa bingung atau cenderung menolak jika suasana dan cara
yang digunakannya tidak disesuaikan dengan pemahaman dan perhatian anak.
Kebingungan anak itu dapat tampil dalam kekeliruan menulis huruf “d” padahal
yang diharapkan adalah “b”; menulis huruf “p” padahal yang dimaksudkan adalah
“b”, dan seterusnya.
Keinginan orangtua supaya anaknya bisa baca dalam waktu
singkat sering dituruti oleh para guru dengan menempuh jalan pintas. Guru lalu
memaksa diri dan muridnya belajar membaca dengan menghafalkan lambang bunyi.
Murid “dipaksa” melafalkan rangkaian huruf sebagai kata, tetapi tanpa makna
yang dipahami dan menjadi perhatian anak yang sedang belajar.
Kalau situasinya demikian, guru akan mengajar membaca dengan
metode: ba-bi-bu-be- bo, ca-ci cu-ce-co,da-di-de-do sebagai
jurus mujarab guna menjawab keresahan orangtua. Lebih parah lagi, banyak
orangtua juga tak acuh akan tahap kepekaan anak dalam membaca dan cara yang
benar dalam mengajarkan membaca yang mengembangkan kecerdasan. Umumnya, orang
tua hanya ingin agar anaknya trampil membaca.
Seyogyanya, pengajaran membaca tidak boleh “memaksa” anak
melompat ke dunia lambang-lambang yang sangat abstrak, jauh dari makna dan
pemahamannya. Pemahaman dan perhatian anak tentu masih terbatas, maka
pengajaran membaca pun hendaknya dikaitkan dengan konteks perhatian dan
pemahaman mereka. Pemilihan kata dan konstruksi kalimat yang sederhana akan
membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan dasar dalam membaca dan menanamkan
pemahaman.
Ada orangtua batal membeli buku untuk anaknya, lantaran
setelah mengamati isi buku tersebut ternyata hanya berisi gambar-gambar yang
dilengkapi dengan teks yang sangat pendek. Ibu ini berpikir, buku ini tidak ada
gunanya. Padahal, membaca cerita dalam bentuk gambar justru lebih menarik dan
membangun pemikiran anak. Dengan mengamati rangkaian gambar, orangtua dapat
leluasa membuat teks imajinatif dan anak pun dapat membaca dengan imajinasinya.
“Kemampuan membaca perlu diperkuat dengan
kebiasaan membuat jurnal. Membuat jurnal adalah mencatat peristiwa atau
kejadian-kejadian yang dialaminya pada hari itu atau beberapa hari yang lalu”
Membaca dan menulis
Dua kegiatan yakni membaca dan menulis merupakan rangkaian
pemahaman tak terpisahkan. Melalui membaca anak menggambarkan isi dan makna
bacaan dalam pikirannya. Sedangkan, dengan menulis ia menuangkan pemahaman dan
imajinasinya ke dalam dunia lambang dan kalimat.
Dalam dunia anak-anak, menggambar merupakan sarana
mengungkapkan imajinasi dan gagasan yang jauh lebih “menyenangkan” dibanding
keharusan merangkai huruf menjadi kata dan kalimat. Merintangi anak dari
kesenangannya menggambar dan mengalihkan perhatiannya pada aktivitas
tulis-menulis mungkin akan mengantarkan anak untuk trampil menulis, tetapi pada
saat bersamaan bisa juga merupakan pemangkasan tunas kecerdasan yang sedang
berkembang.
Membaca buku
Sejak awal memasuki jenjang SD, anak-anak perlu mengenal
banyak bacaan terutama dari buku-buku. Selain inisiatif anak untuk membuka-buka
dan membaca aneka buku, anak perlu dibimbing dalam membaca buku dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang menstimulasi anak untuk
menjelaskan pemahaman dan ketertarikannya atas isi buku yang dibacanya.
Pertanyaan tuntunan berperan penting untuk menyadarkan anak
bahwa buku yang dibaca mempunyai makna baginya dan ia memahami isi bacaan.
Pertanyaan tuntunan lama kelamaan tertanam dalam struktur pikirannya setiap ia
membaca suatu teks. Dengan demikian, membaca bukan hanya suatu pembiasaan yang
menambah pengetahuan.
Lebih dari itu, juga akan mendorong tumbuhnya kemampuan
mencerna dan menuangkan isi bacaan ke dalam khasanah pemahamannya. Ini
merupakan proses penambahan pengetahuan, peneguhan, pembandingan, dan penyimpulan
secara bertahap.
Kesempatan membaca sebanyak mungkin dan kemampuan menangkap
bacaan menjadi dasar yang sangat berharga untuk perkembangan kecerdasan anak.
Kesempatan dan kemampuan membaca menjadi salah satu faktor yang mengarahkan
orientasi perhatian anak untuk digeluti dan diperdalam yang membantu juga
tumbuhnya motivasi belajar dan terbentuknya cita-cita serta nilai-nilai
kehidupan.
Membuat jurnal
Kemampuan membaca perlu diperkuat dengan kebiasaan membuat
jurnal. Membuat jurnal adalah mencatat peristiwa atau kejadian-kejadian yang
dialaminya pada hari itu atau beberapa hari yang lalu. Penulisan pengalaman ke
dalam jurnal atau buku harian bukanlah hal remeh yang pantas diabaikan. Dengan
mendokumentasi pengalaman, sebenarnya ia sedang aktif membangun kesadaran akan
relasi dirinya dengan lingkungan. Relasi dan interaksi diri dengan lingkungan
mendorongnya berpikir, memunculkan reaski perasaan dan emosi, menimbulkan
penilaian-penilaian, dan menggirinya membuat keputusan-keputusan.
Pembimbingan yang tepat dalam penulisan jurnal akan memacu
tumbuhnya kecerdasan intelektual, emosional, dan secara bertahap berkembangnya
kemampuan refleksi yang akan menguratakarkan berkembangnya pribadi dalam
kesadaran untuk selalu bersikap dan bertindak lebih baik.
Membaca berita
Tontonan dari layar kaca dan permaian elektronik sangat
mengokupasi perhatian anak. Jangankan anak-anak dan remaja, orang dewasa pun
dapat bertahan berjam-jam di depan layar kaca menikmati tontonan yang miskin
makna kehidupan. Namun, ketika dihadapkan pada berita dan ulasan peristiwa,
meraka akan serta merta merasa jengah dan segera menyingkir.
Kecenderungan demikian tidak harus diterima begitu saja,
tetapi perlu ditanamkan pada anak-anak untuk gemar mencermati dan memahami
situasi yang sedang berkembang. Meskipun perlu perjuangan dan ketekunan, tetapi
sekolah dapat membimbing siswa SMP dan SMA untuk mengamati peristiwa-pertistiwa
yang menjadi perhatian masyarakat. Suatu persitiwa atau rangkaian peristiwa
yang menjadi kecenderungan sosial merupakan fakta yang berpengaruh dalam
kehidupan bersama secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karenanya, anak-anak perlu dilatih untuk menyadari adanya
kecenderungan-kecenderungan yang sedang berlangsung sehingga ia mampu membaca
keadaan dalam konteks dengan dirinya dan konteks yang lebih luas.
Melalui
pengamatan sederhana namun konkret semacam ini, anak akan terdorong untuk
mengetahui apa yang mempengaruhi dan menyebabkan terjadinya peristiwa besar
serta kecenderungan-kecenderungan yang sedang terjadi dalam masyarakat dan
dunia. Untuk kepentingan jangka panjang, kesadaran anak akan situasi dan
kondisi lingkungannya akan membantu mereka untuk menumbuhkan motivasi dan
cita-cita yang makin konkret supaya kelak mereka dapat memberikan kontribusi
positif terhadap kehidupan masyarakat dan dunia pada umumnya.
Pada tahapan yang lebih tinggi, anak-anak setingkat SMA harus
sudah dibimbing untuk mampu membaca secara komprehensif dan tajam melalui
pengamatan yang cermat, analisis, dan membuat simpulan-simpulan atas
masalah-masalah yang dihadapi masyarakat atau menumbuhkan gagasan-gagasan yang
mempunyai dampak pembaruan.
Tentu masih banyak bentuk dan cara lain dalam menanamkan
kebiasaan membaca yang secara efektif dapat mendorong berkembangnya kecerdasan
anak. Namun, yang penting kita perlu makin menyadari pentingnya kebiasaan
membaca dan kemampuan membaca untuk mengembangkan kecerdasan dan melakukannya
dalam situasi dan kondisi yang dialami.
Sumber:Berbagai Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar